WELCOME

SELAMAT DATANG

Jumat, 11 Oktober 2019

Arsitektur Berkelanjutan


 Hasil gambar untuk green architecture korea

BAB I

PENDAHULUAN



a.     LATAR BELAKANG

Arsitektur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan adalah salah satu tujuan utama yang dibuat manusia untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik sebagai model utama untuk semua aktivitas mereka. Untuk alasan ini, bergerak menuju arsitektur yang lebih hijau adalah tujuan utama dari arsitektur masa kini yang dipikirkan dengan matang

 
Bangunan tempat kita tinggal, bekerja, dan bermain melindungi kita dari ekstrem alam, namun juga memengaruhi kesehatan dan lingkungan kita dengan cara yang tak terhitung jumlahnya.. 
Green Architecture adalah penerapan pada bangunan yang meminimalkan efek berbahaya pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitek atau perancang "hijau" berupaya melindungi udara, air, dan bumi dengan memilih bahan bangunan yang ramah lingkungan dan praktik konstruksi
 

b.     RUMUSAN MASALAH

1.     Apa saja manfaat dari penerapan Green Building?
2.     Apa saja pertimbangan untuk Green Building?
3.     Bagaimana perkembangan pada Green Building?
4.     Apa saja studi kasus bangunan yang menggunakan Green Architecture?



c.      TUJUAN

Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para remaja dalam pemahaman tentang penerapan Green Architecture. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:

1.     Mengetahui apa saja manfaat dari penerapan Green Building

2.     Mengetahui pertimbangan untuk Green Building

3.     Mengetahui perkembangan pada Green Building

4.     Mengetahui studi kasus bangunan yang menggunakan Green Architecture



d.     METODOLOGI

Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, penulis juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.



e.      SISTEMATIKA PENULISAN

Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian sampai terahir kepada sistematika penelitian. Dilanjutkan dengan bab ke dua yang berisi tentang tinjauan pustaka seperti manfaat, pertimbangan dan perkembangan mengenai Green Building.

Bab berikutnya, penulis membahas secara keseluruhan tentang studi kasus bangunan yang menggunakan prinsip Green Architecture. Bab keempat merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, penulis menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



a.     MANFAAT GREEN BUILDING
Bangunan hijau bukanlah tren pembangunan yang sederhana; itu adalah pendekatan untuk membangun yang sesuai dengan tuntutan zamannya, yang relevansi dan pentingnya hanya akan terus meningkat 
• Kenyamanan. Karena rumah atau bangunan surya pasif yang dirancang dengan baik sangat hemat energi, bebas dari angin. Sinar matahari ekstra dari jendela selatan membuatnya lebih ceria dan menyenangkan di musim dingin daripada rumah konvensional  
• Ekonomi. Jika ditangani pada tahap desain, konstruksi surya pasif tidak perlu biaya lebih dari konstruksi konvensional, dan dapat menghemat uang untuk tagihan bahan bakar 
• Estetika. Bangunan surya pasif dapat memiliki penampilan konvensional di luar, dan fitur matahari pasif membuatnya tampak cerah dan menyenangkan. 
• Bertanggung jawab secara lingkungan. Rumah surya pasif dapat secara signifikan memotong penggunaan bahan bakar pemanas dan listrik yang digunakan untuk penerangan. Jika strategi pendinginan pasif digunakan dalam desain, biaya pendingin udara musim panas dapat dikurangi juga.
 
b.     PERTIMBANGAN UNTUK GREEN BUILDING
  Green Building melibatkan pertimbangan dalam empat bidang utama: pengembangan lokasi, pemilihan dan minimalisasi bahan, efisiensi energi, dan kualitas udara dalam ruangan 
• Pertimbangkan pengembangan lokasi untuk mengurangi dampak pembangunan terhadap lingkungan alami. Misalnya, arahkan bangunan untuk memanfaatkan pola akses matahari dan angin yang akan mengurangi beban pemanasan dan pendinginan. 
• Pilih dengan hati-hati bahan yang tahan lama, mengandung konten daur ulang, dan diproduksi secara lokal untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. 
 • Memasukkan desain hemat energi ke dalam bangunan untuk menciptakan lingkungan yang efisien dan nyaman. Manfaatkan elemen alam dan teknologi untuk menghemat sumber daya dan meningkatkan kenyamanan / produktivitas penghuni sambil menurunkan biaya operasional dan polutan jangka panjang 
• Desain untuk kualitas udara dalam ruangan yang tinggi untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuni. 
• Meminimalkan limbah dalam proses konstruksi dan pembongkaran dengan memulihkan material dan menggunakan kembali atau mendaur ulangnya



c.      PERKEMBANGAN PADA GREEN BUILDING

Perhatian di dalam arsitektur berkelanjutan tumbuh secara radikal di awal abad ke-21, hal ini terjadi akibat dari respon perkembangan lingkungan, tetapi pada kenyataannya masyarakat telah membangun keberlanjutan selama ribuan tahun. Di sini ‘hijau’ atau ‘berkelanjutan’ berhubungan dengan efisiensi penggunaan bahan-bahan seperti air, energi, bahan-bahan, habitat alam serta menyumbangkan pada lingkungan dan kesehatan manusia yang ‘well being’. Banyak praktik kita yang sekarang adalah buta karena tidak dibimbing oleh teori atau bersandar pada teori yang tidak mampu bertahan (viable). Penggabungan teori dengan praktik secara khusus mencolok di dalam arsitektur.Perkembangan desain inilah yang membuat kesalahan dalam memahami lingkungan dan alam serta kehidupan masyarakat urban dan tradisional.

Pendapat Wines (2008) menjadi sangat jelas bahwa bangunan-bangunan telah mengkonsumsi seperenam sumber air bersih dunia, seperempat produksi kayu dunia, dan duaperlima bahan bakar dari fosil. Oleh karena itu arsitektur merupakan salah satu target utama dari reformasi ekologi.

Kecenderungan saat ini banyak yang menoleh pada arsitektur vernakular dan tradisional dalam melihat sebagai latar belakang keilmuan, dan dijadikan dasar rancangan bangunan-bangunan di Indonesia.



BAB III

STUDI KASUS BANGUNAN

Rumah Roy House Passive

Wilayah studi kasus yang berletak di Yongin, Gyeonggi-do, Korea Selatan ini dipengaruhi oleh iklim dari daratan Asia dan memiliki 4 musim. Musim panas, musim semi, musim dingin dan musim gugur.

Rumah Roy House Passive ini dibangun dari produk yang dipatenkan dan panel isolasi HIP-z (High Insulated Panel). Ini merupakan metode untuk memenuhi non-terisolasi dengan isolasi termal dan konstruksi dinding dan di saat bersamaan juga memberikan kesempatan bagi konsumen untuk membangun sebuah rumah pasif dengan biaya bangunan yang terjangkau.



Ruang keluarga ini memiliki jendela setinggi lantai hingga langit-langit yang mengarah ke teras di luar ruangan. Sistem pasif seperti jendela isolasi tinggiserta sistem ventilasi pemulihan panas dapat memberikan performa tingkat tinggi di rumah ini.Lantai dua memiliki teras yang mengarah ke luar rumah.  Efisiensi pemanasan atau pendinginan secara signifikan tentu tinggi karena datang dari teras di depan ruangan.

Rumah pasif adalah pusat bagi manusia dan alam, jadi sebaiknya memilih material bangunan yang ramah lingkungan. Karena atmosfer di sini sangat terasa sehingga membuat rumah lebih hangat dan stabil.



Di tangga rumah ini juga tak memerlukan pencahayaan. Kehangatan dari luar jendela dapat dirasakan dari Heating Contractors.



Rumah pasif ini ingin memamerkan isolasi termal yang sangat baik. Saat suhu dingin dapat menggunakan peralatan pemanas yang minimalis. Tak hanya pemanasan, alat ini juga dapat mengontrol udara dalam ruangan. Dengan begitu alat ini sangat ekonomis.





BAB IV

KESIMPULAN



Prinsip Green Architecture adalah: Fitur air dan manajemennya; desain bangunan alami; desain surya pasif; bahan bangunan hijau; Arsitektur hidup. Prinsip-prinsip ini diterapkan secara berkelanjutan untuk mencapai bangunan ramah lingkungan.

·       Bangunan yang telah dirancang sesuai dengan standar keberlanjutan perlu dioperasikan dan dipelihara sesuai dengan standar yang sama.

·       Bangunan yang dibangun sebelum memberlakukan standar keberlanjutan ini juga dapat ditingkatkan untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan.

·       Bangunan hijau harus memiliki sejumlah komponen umum: ini mencakup fokus pada efisiensi energi dan, dalam beberapa kasus, energi terbarukan; penggunaan air yang efisien; penggunaan bahan dan spesifikasi bangunan yang diinginkan lingkungan; minimalisasi limbah dan bahan kimia beracun yang dihasilkan dalam konstruksi dan operasi bangunan; kualitas udara dalam ruangan yang baik; dan mengawasi apa yang disebut pertumbuhan "pintar" dan pembangunan berkelanjutan.

·       Green Architecture menghasilkan manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi. Secara lingkungan, Green Architecture membantu mengurangi polusi, melestarikan sumber daya alam dan mencegah degradasi lingkungan.

·       Bahan bangunan tradisional harus disesuaikan untuk memenuhi standar kode yang diperlukan untuk kesehatan dan keselamatan pada bangunan kontemporer. Tidak hanya harganya efektif dan ramah lingkungan, tetapi, jika digunakan dengan benar, alternatif alami ini sesuai dengan kekuatan dan daya tahan banyak bahan konstruksi utama.

·       Teknologi bangunan baru, dan khususnya otomatisasi TIK dan material baru, akan terus diperkenalkan untuk meningkatkan proses pembangunan berkelanjutan dengan tujuan mengurangi dampak bangunan terhadap lingkungan sekitarnya dengan menggunakan sumber daya yang lebih efisien (misalnya energi, air) ; meningkatkan dan melindungi kesehatan dan kesejahteraan penghuninya; dan mengurangi dampak negatif apa pun.



DAFTAR PUSTAKA



https://www.homify.co.id/ideabooks/1599120/rumah-hijau-di-korea-ini-jadi-pusat-perhatian

https://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan

Bauer, Michael. Peter Mösle., dan Michael Schwarz.2010.Green Building Guidebook for Sustainable.

Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau Di Indonesia. Jakarta:Rajawali Pers


Antariksa .2011. Fenomena Arsitektur Hijau, Arsitektur Ramah Lingkungan dan Arsitektur Berkelanjutan.

Selasa, 16 April 2019

Budaya Antar-Asia

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

INDONESIA


Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam ditinjau dari jumlah penduduk yang mencapai lebihdari 200 juta orang yang tinggal di berbagai pulau.

Ciri-ciri Keragaman Budaya di Indonesia yaitu:
1. Keragaman Suku Bangsa 
2. Keragaman Bahasa
Salah seorang peneliti yang bernama menjadi beberapa bagian, di antaranya: Bahasa Austronesia Barat atau yang dikenal dengan bahasa Indonesia atau Melayu yang terdiri dari Bahasa Hesperonesia (Indonesia bagian Barat) Bahasa Austronesia bagian Timur atau Polinesia yang terdiri dari bahasa Melanesia (Melanesia dan pantai di bagian Timur Irian).
3. Keragaman Religi
Di Negara ini setidaknya ada enam agama yang sudah diakui oleh Negara secara resmi. Ke enam agama yang dimaksud tersebut adalah Islam, Budha, Katolik, Hindu, Konghucu, dan juga Protestan.
4. Keragaman Seni dan Budaya 
Contoh dari wujud nyata dari keragaman seni dan budaya ini adalah seni tari, seni sastra, seni musik, seni drama, seni rupa dan masih banyak lagi yang lainnya.  

INDIA 

Republik India adalah sebuah negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu miliar jiwa, Kebudayaan India terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah dan imigran sambil terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan dan menyebarluaskan budaya India ke tempat-tempat lain di Asia.Orang India sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional.
Agama: Mayoritas penduduk di India beragama Hindu, Islam, Kristen, Sikh, dan sisanya Buddha, Jain, dan lainnya
Pakaian tradisional: Pakaian berupa kain yang disampirkan merupakan gaya busana yang populer di India.  
Bahasa: Bahasa resmi India adalah Hindi dalam aksara Dewanagari dan Inggris.
Musik India : Musik tradisional India secara garis besar dibagi menjadi dua jenis: musik tradisional Hindustani dari India Utara, Karnataka dari India Selatan, dan berbagai variasi darinya yang muncul di sebagai musik daerah di India. 
Tari India:  Tari india juga terdiri dari bentuk-bentuk tari klasik dan tari rakyat. 

KEMIRIPAN ANTAR BUDAYA
  • Dalam cerita mahabarata maupun Ramayana, semua berasal dari India. Kemudian cerita tersebut mengalami akulturasi budaya dengan yang ada di Indonesia. Lahirlah sebuah cerita Ramayana dan Mahabarata yang berpadu dengan unsur Jawa dan Islam.
  • Indonesia dengan India, sudah memiliki hubungan erat sejak masa kolonial dahulu. Tepatnya saat Indonesia berusaha merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, India memberikan suplai bantuannya seperti obat-obatan kepada Indonesia. Sejak saat itu kedua negara ini memiliki hubungan yang baik. Presiden Soekarno sering mengunjungi India untuk bertemu menteri Jawaharlal Nehru guna mendiskusikan banyak hal.
  • Indonesia dari dulu memang terkenal dengan kekayaan rempahnya. Tak heran jika setiap masakan khas Indonesia selalu bercampur rempah-rempah yang lezat dan menggugah selera. Begitu pula yang terdapat di India.
  • Miripnya Selera Musik India dan Indonesia. Kekayaan bunyi dan irama pada musik dangdut dan juga cengkok khasnya bila didengarkan tidak akan jauh beda dengan musik India.

PERBANDINGAN
  • India didominasi Hindu dan Indonesia kebanyakan Muslim.
  • Indonesia telah mengalami gejolak politik yang lebih besar dan gangguan ekonomi yang lebih tajam, dan catatan demokrasinya relatif baru. Sementara India telah menggeser pusat politiknya menuju mayoritasisme Hindu
  • Di bidang ekonomi, India lebih miskin, tetapi sektor industri dan keuangannya lebih bervariasi dan berkembang. Tetapi keduanya memiliki tantangan pembangunan yang serupa: Industrialisasi, pengembangan infrastruktur, mengatasi kesenjangan yang besar, dan menanggulangi kemiskinan.